Uniknya Suku Lampung; Saibatin dan Pepadun serta ‘sub-suku’ Didalamnya

Rodi Ediyansyah

Lampung.co – Provinsi Lampung memiliki keragaman akan budaya, mulai dari adat istiadat, bahasa dan lain-lain. Keragaman ini menjadi salah satu keunikan suku Lampung itu sendiri. Secara umum, suku di Lampung terbagi menjadi dua, yakni Lampung Saibatin dan Lampung Pepadun. Oleh karenanya, Provinsi Lampung memiliki semboyan ‘Sai Bumi Ruwa Jurai’ yang berarti Satu Bumi Dua Jiwa.

Itulah semboyan yang disandang oleh provinsi paling ujung selatan di Pulau Sumatera tersebut. Semboyan itu juga bermakna identitas asli leluhur masyarakat Lampung. Meskipun sama-sama menjadi masyarakat asli, namun kedua suku ini memiliki perbedaan yang cukup mencolok, baik dalam bahasa maupun tata cara dan adat istiadat lainnya.

Suku Lampung Saibatin

Masyarakat Lampung Saibatin tinggal di sepanjang pesisir Lampung. Bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Saibatin adalah bahasa Lampung dengan dialek “A”. Pelafalan yang digunakan oleh masyarakat ini lebih jelas, hampir setara dengan pelafalan Bahasa Indonesia pada umumnya.

Untuk adat istiadat, masyarakat suku Saibatin cenderung lebih selektif. Hal ini tercermin dalam sistem kerajaan dan pemberian gelar adat pada masyarakat. Hanya masyarakat yang memiliki garis keturunan kerajaan atau bangsawan yang berhak untuk mendapatkan gelar adat dan menjadi Raja (baca: Khaja).

Hiasan yang digunakan oleh masyarakat suku Saibatin juga berbeda dengan yang dikenakan oleh masyarakat suku Pepadun. Mahkota perempuan (Siger) Lampung Saibatin memiliki tujuh lekuk dengan hiasan bunga pada bagian atas.

Ada juga Siger yang memiliki tali yang menjuntai menutupi wajah. Siger ini digunakan oleh masyarakat suku Saibatin-Melinting di Lampung Timur. Pada acara-acara adat dan pernikahan pun warna baju yang digunakan oleh masyarakat ini adalah warna merah.

Suku Lampung Pepadun

Berbeda dengan masyarakat suku Saibatin, masyarakat suku Lampung Pepadun tinggal di daerah tengah atau daratan. Dialek bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Pepadun adalah Bahasa Lampung dengan dialek ‘O’. Pelafalan yang diucapkan oleh masyarakat ini adalah pelafalan dengan irama atau intonasi yang mengayun dan menekan.

Tak jarang pengguna bahasa dialek ‘O’ ini diidentikkan sebagai masyarakat yang kurang ramah karena cara berbicaranya. Namun, ada beberapa daerah masyarakat Lampung Pepadun yang juga menggunakan bahasa dialek “A” dalam bahasa percakapan sehari-hari.

Untuk adat istiadat dalam masyarakat suku Pepadun tidak serumit masyarakat suku Saibatin. Masyarakat dengan suku ini dapat mendapaatkan gelar adat meskipun hanya berasal dari kalangan masyarakat biasa.

Untuk mendapatkan gelar adat tersebut harus dilakaksanakan upacara adat Cakak Pepadun. Hal yang sama juga dilaksanakan untuk masyarakat di luar suku Pepadun yang akan menikah dengan masyarakat adat Lampung Pepadun. Sebelum melangsungkan pernikahan antar suku ini terlebih dahulu dilaksanakan upacara Begawi atau meminta gelar adat.

Hiasan yang digunakan oleh masyarakat suku Pepadun juga berbeda. Siger yang digunakan oleh perempuan suku Pepadun berjumlah sembilan lekuk yang bermakna sembilan marga yang membentuk Abung Siwo Megou. Baju yang dikenakan oleh masyarakat ini pada upacara adat atau pernikahan juga didominasi dengan warna putih.

Keunikan Suku Lampung

Akan tetapi, berbeda dengan suku-suku di Indonesia pada umumnya. Dari dua suku di Lampung tersebut, masih terbagi lagi menjadi beberapa wilayah adat. Antar wilayah adat itu juga, sedikit banyak terdapat perbedaan.

Untuk wilayah adat Lampung Saibatin diantaranya Paksi Pak Sekala Brak (Lampung Barat), Bandar Enom Semaka (Tanggamus), Bandar Lima Way Lima (Pesawaran). Kemudian juga Melinting Tiyuh Pitu (Lampung Timur), Marga Lima Way Handak (Lampung Selatan), Enom Belas Marga Krui (Pesisir Barat). Hingga diluar Provinsi Lampung diantaranya Pitu Kepuhyangan Komering (Provinsi Sumatera Selatan), Telu Marga Ranau (Provinsi Sumatera Selatan) Cikoneng Pak Pekon (Provinsi Banten).

Sementara Lampung Pepadun terbagi menjadi Abung Siwo Mego, Mego Pak Tulangbawang, Pubian Telu Suku, Way Kanan Buway Lima dan Sungkay Bunga Mayang.

Apabila ditelusuri lebih jauh, sedikit banyaknya memiliki perbedaan yang terdapat dalam masing-masing dua suku tersebut. Dari segi bahasa misalnya. Meskipun sama-sama termasuk Lampung Saibatin, tapi ada beberapa perbedaan bahasa antara Masyarakat Marga Krui dengan Way Lima. Bahkan logatnya pun tidak persis sama.

Pun begitu dengan Abung, Tulangbawang, Pubian, Sungkay dan Way Kanan yang termasuk dalam Lampung Pepadun.

Atas keunikan suku Lampung tersebut, diyakini sebagai penyebab penggunaan bahasa Lampung tidak membudaya seperti di Jawa, terutama di daerah perkotaan provinsi Lampung. Bahkan daerah yang banyak masyarakat transmigran seperti kota Metro, justru didominasi oleh bahasa Jawa. Tidak sedikit suku Lampung asli yang menggunakan bahasa Jawa dalam pergaulan sehari-hari.

Rodi Ediyansyah

Rodi Ediyansyah merupakan salah satu editor media online Lampung.co yang bertugas mencari, menyunting dan menerbitkan naskah berita atau artikel dari penulis. Kontak rhodoy@lampung.co

Related Post

Leave a Comment

Ads - Before Footer