Penyakit
Alergi: Penyebab, Gejala dan Cara Mengobati (Komprehensif)
Alergi merupakan sebuah reaksi dari sistem kekebalan tubuh terhadap suatu zat tertentu yang tidak berbahaya. Reaksi alergi tersebut akan menimbulkan berbagai macam gejala sesuai dengan penyebabnya.
2,107 kali dilihat, 2 kali dilihat hari ini

Lampung.co – Alergi bisa dialami oleh siapa saja tanpa memandang usia dari bayi baru lahir sampai para lansia. Saat mengalami alergi tentu akan membuat aktivitas menjadi terganggu karena merasa tidak nyaman. Mari cari tahu lebih banyak apa saja penyebab terjadinya alergi dan cara mengatasinya dengan mudah.
Pengertian
Alergi merupakan sebuah reaksi dari sistem kekebalan tubuh terhadap suatu zat tertentu yang tidak berbahaya. Reaksi penyakit tersebut akan menimbulkan berbagai macam gejala sesuai dengan penyebabnya. Terutama pada orang-orang yang cenderung memiliki alergen. Tubuh akan memproduksi antibodi untuk menghadapi penyebab alergi yang terjadi dengan mengeluarkan histamin.
Penyebab Alergi
Ada banyak sekali penyebab alergi di antaranya bisa berasal dari makanan seperti makanan laut, telur, susu, dan kacang-kacangan. Anda perlu melakukan evaluasi jika mengalami alergi karena makanan terutama pada anak.
Penyebab alergi juga bisa berasal dari hewan seperti bulunya atau gigitan serangga dan lebah. Tak hanya itu penyebab alergi juga bisa dialami karena mengonsumsi obat-obatan tertentu. Beberapa kondisi penyebab alergi juga bisa terjadi karena kandungan bahan kimia pada sabun, sampo, atau parfum.
Gejala alergi
Gejala alergi yang paling sering terlihat setelah terpapar adalah munculnya ruam yang kemerahan di bagian kulit dan disertai dengan rasa gatal. Anda juga bisa mengalami batuk, bersin, sesak napas, atau pun hidung berair.
Beberapa gejala yang parah saat mengalami alergi terjadinya bengkak di bagian tubuh seperti mulut, wajah, lidah, dan tenggorokan. Mata juga bisa menjadi merah, gatal, dan berair. Gejala lainnya yang bisa terjadi Anda akan mengalami mual, muntah, bahkan diare.
Cara Mengobati Alergi
Pengobatan alergi harus dilakukan dengan tepat untuk bisa segera pulih. Pengobatan memerlukan diagnosis dari dokter untuk mendapatkan hasil yang akurat. Beberapa pemeriksaan yang bisa saja dilakukan sesuai dengan diagnosis dokter yaitu sebagai berikut.
1. Tes Tempel
Sebuah tes yang dilakukan dengan meletakkan satu jenis alergen ke sebuah plester yang kemudian ditempelkan pada permukaan kulit. Tes ini dilakukan selama dua hari, setelah itu reaksi yang ditimbulkan pada kulit akan diamati.
2. Tes Tusuk Kulit
Tes yang dilakukan dengan meneteskan cairan allergen dari makanan, obat-obatan, atau racun. Setelah diteteskan nanti akan ditusuk secara perlahan menggunakan jarum halus untuk mengamati reaksi yang ditimbulkan. Tes alergi ini biasanya dilakukan pada orang yang gejalanya seperti diare, sehingga menemukan cara mengobati alergi yang dialami dengan tepat.
3. Pemeriksaan Darah
Cara pengobatan alergi juga seringnya dengan melakukan pemeriksaan darah terlebih dahulu. Tujuannya untuk mengetahui seberapa besar kadar IgE dalam darah.
Pencegahan Alergi
1. Hindari Pemicu
Setelah mengetahui apa saja yang bisa membuat tubuh Anda atau anggota keluarga mengalami alergi maka cara pencegahannya dengan menghindari faktor pemicu. Pastikan Anda sudah memberitahu dan mengingatkan anggota keluarga tentang hal ini agar bisa saling support nantinya.
2. Penuhi Nutrisi
Nutrisi adalah bagian yang penting untuk menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh. Nutrisi yang baik juga sejalan dengan pola hidup sehat. Jadi, upayakan untuk mengonsumsi makanan sehat di rumah dan mengurangi berbagai jenis makanan yang tidak mengandung nutrisi sempurna.
3. Konsumsi Probiotik
Cara mencegah terjadinya alergi juga dapat diupayakan dengan mengonsumsi makanan atau minuman probiotik. Adanya kandungan mikroorganisme seperti Lactobacillus sangat bermanfaat sekali untuk mencegah infeksi alergi terutama pada anak dan juga bermanfaat sekali untuk menjaga pencernaan.
Anda harus menjaga kebersihan di rumah untuk menghindari berbagai risiko terkena alergi dari debu atau kotoran lainnya, apalagi jika memiliki hewan peliharaan. Jika mengalami gejala alergi yang dirasa sudah sangat mengganggu segera lakukan pemeriksaan ke dokter.
2,108 kali dilihat, 3 kali dilihat hari ini

Penyakit
Epilepsi: Penyebab, Ciri-ciri dan Cara Pengobatan yang Tepat
Walaupun tidak menular, penyakit epilepsi bersifat kronik, sehingga dapat mengganggu kualitas hidup dan membutuhkan biaya cukup banyak
21,076 kali dilihat, 478 kali dilihat hari ini

Lampung.co – Kesehatan | Pernahkah Anda melihat orang yang tiba-tiba mengalami kejang hingga tergeletak? Jangan berburuk sangka dahulu dengan mengira orang tersebut sakau. Bisa jadi, orang tersebut sedang menderita epilepsi atau ayan.
Dikutip dari Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes RI, Epilepsi merupakan salah satu penyakit kronik dengan angka kejadian tinggi khususnya di negara berkembang, penyakit epilepsi bersifat kronik, sehingga dapat mengganggu kualitas hidup dan membutuhkan biaya cukup banyak.
Yuk, cari tahu lebih dalam tentang pengertian epilepsi, penyebab, dan cara pengobatannya!
Pengertian
Epilepsi adalah penyakit dimana seseorang mengalami kejang secara berulang kali dan tiba-tiba. Epilepsi atau ayan dapat terjadi ketika adanya kerusakan atau perubahan di dalam sel otak.
Perlu Anda ketahui, bahwa otak manusia terdiri dari neuron atau sel-sel saraf yang merupakan bagian dari sistem saraf yang menggunakan impuls listrik dalam menghantarkan rangsangan. Pada seseorang terkena epilepsi dan kejang, impuls listrik dihasilkan secara berlebihan dan menyebabkan perilaku atau gerakan tubuh yang tak terkontrol.
Penyebab Epilepsi
Epilepsi dapat terjadi pada siapa saja dan usia kapan saja tanpa terkecuali. Namun, umumnya kondisi ayani sudah terjadi sejak masa kanak-kanak dan berisiko berlanjut ke fase dewasa. Epilepsi terbagi menjadi dua berdasarkan penyebab terjadinya, yaitu:
Epilepsi idiopatik (epilepsi primer)
Jenis epilepsi di mana penyebabnya belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa ahli menduga bahwa kondisi ayan jenis ini disebabkan oleh faktor genetik yang dapat diturunkan.
Epilepsi simptomatik (epilepsi sekunder)
Jenis epilepsi yang penyebabnya sudah bisa diketahui secara medis yakni kerusakan struktural di otak. Beberapa penyebabnya termasuk luka berat di bagian kepala, tumor, stroke, maupun infeksi otak.
Adapun faktor yang berpotensi meningkatkan risiko terjadinya epilepsi, antara lain:
- Usia anak-anak dan lansia
- Anggota keluarga ada yang menderita epilepsi
- Cedera pada kepala berat
- Stroke dan penyakit pembuluh darah yang dapat menyebabkan kerusakan otak
- Demensia
- Infeksi otak dan peradangan pada otak atau sumsum tulang belakang
- Riwayat kejang di masa kecil akibat demam tinggi
Gejala atau Ciri-ciri Epilepsi
Gejala utama yang paling mencolok dari epilepsi yang dapat Anda lihat pertama kali yaitu kejang. Akan tetapi, bentuk kejang berupa kaku dan lemas secara cepat dan tiba-tiba, terkaget-kaget, atau seperti terdiam dan kemudian terjatuh.Seringnya gejala kejang terjadi berulang kali pada penderita. Berikut penjelasan detail mengenai kejang pada penderita ayan.
Kejang parsial dimana otak yang mengalami gangguan hanya sebagian
- Parsial simpel yang menyebabkan pengidapnya tidak sampai kehilangan kesadaran
- Kejang parsial kompleks yang mempengaruhi kesadaran pengidapnya, sehingga membuatnya terlihat seperti bingung atau setengah sadar kemudian kehilangan kesadaran
Kejang umum terjadi di sekujur tubuh dan berpengaruhi pada bagian otak secara keseluruhan, biasanya disertai dengan:
- Mata yang terbuka saat kejang
- Terkadang disertai suara atau teriakan saat mengalami kejang
- Mengompol
- Sulit bernapas untuk beberapa saat, badan pucat atau bahkan membiru
- Pada beberapa kasus, disertai dengan keadaan tak sadarkan diri
Pengobatan Epilepsi yang Tepat
Secara umum belum ditemukannya metode dan obat untuk menyembuhkan epilepsi. Namun, jika terjadi maka ada obat sebagai penahan gejala epilepsi agar pengidap dapat melakukan aktivitas dengan normal. Obat tersebut harus rutin diminum dan pemberiannya dipastikan sesuai jam yang dianjurkan dokter agar bekerja dengan efektif. Pengidap epilepsi perlu ditangani dengan cepat dan tepat agar menghindari terjadinya situasi yang berujung fatal.
Sementara itu, untuk penanganan kegawatan saat kambuh kejang bisa dilakukan dengan cara berikut:
- Posisi tubuh dimiringkan agar saluran napas akan berjalan dengan baik
- Baju yang terlalu ketat dibuka sedikit agar badan lebih leluasa dan tidak sesak
- Berikan alas kepala
- Masukkan obat melalui dubur setelah 3 menit penderita mengalami kejang. Apabila dalam waktu 5 menit tidak membaik, maka pemberian obat bisa diulang sebanyak 2 kali dan langsung Anda larikan ke rumah sakit terdekat.
Pencegahan
Untuk pencegahan epilepsi kambuh, Anda bisa minum obat pemberian dokter dengan rutin. Selain itu, terapkan juga pola hidup yang sehat, misalnya olahraga secara teratur, tidak mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan. Diet khusus juga dapat Anda lakukan bila diperlukan sesuai anjuran dokter.
Walaupun tidak menular, epilepsi harus ditangani dengan cepat dan tepat agar keadaan penderita tetap aman. Setelah membaca artikel di atas, tentunya Anda sudah memiliki pemahaman tentang pengertian epilepsi dan cara mengatasinya. Yuk, siaga epilepsi untuk hidup lebih produktif dan sehat!
21,077 kali dilihat, 479 kali dilihat hari ini
Penyakit
Disentri: Penyebab, Obat dan Cara Pencegahan
Disentri merupakan penyakit yang sangat menular dan dapat menyebabkan penyakit yang berat. Tak hanya pencernaan, infeksinya dapat menjadi lebih kompleks
29,449 kali dilihat, 478 kali dilihat hari ini

Lampung.co – Kesehatan | Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang merupakan daerah yang riskan terjadi wabah disentri. Ciri khas gejalanya yaitu Anda akan mengalami diare parah dan berdarah. Penanganan yang tidak tepat sangat berbahaya dan menimbulkan risiko serius. Nah, apa saja gejala dan cara tepat untuk mengatasi disentri?
Pengertian
Disentri adalah salah satu penyakit diare akut yang disertai dengan tinja cair yang bercampur dengan darah dan lendir dikarenakan bakteri penyebab disenttri telah menembus dinding kolon sehingga tinja yang melewati usus besar akan berjalan sangat cepat tanpa di ikuti proses absorbsi air (K Kurnia, 2018).
Walaupun sering disamakan, sebenarnya diare dan disentri adalah dua penyakit berbeda namun masih berhubungan. Jika mengalami disentri, Anda akan mengalami radang usus dan diare parah sehingga perlu penanganan cepat dan ditangani oleh ahli medis di rumah sakit.
Disentri merupakan penyakit yang sangat menular dan dapat menyebabkan penyakit yang berat. Tak hanya pencernaan, infeksinya dapat menjadi lebih kompleks dengan menyerang sistem tubuh yang lain. Disentri lebih mungkin terjadi pada faktor berikut:
- Kebersihan diri kurang, misalnya Anda tidak mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar
- Masuknya benda yang terkontaminasi parasit atau bakteri penyebab disentri ke dalam mulut
- Mengkonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi kotoran manusia
- Tidak memperhatikan kebersihan lingkungan sehingga kumuh dan menjadi sarang penyakit
- Tempat pembuangan limbah yang tidak tertata
- Penggunaan pupuk untuk tanaman yang berasal dari limbah kotoran manusia
Penyebab Disentri
Disentri dapat terjadi karena infeksi parasit amoeba maupun bakteri. Perlu pengecekan lab lebih lengkap untuk mengetahui penyebab penyakit secara pasti. Selain itu, analisis gejala yang terjadi juga dapat digunakan untuk mengetahui penyebabnya dengan tepat.
- Disentri akibat infeksi parasit amoeba Entamoeba histolytica
- Disentri akibat infeksi bakteri Campylobacter, E. coli, dan Salmonella
Gejala Umum
Terdapat sedikit perbedaan gejala yang muncul pada disentri akibat infeksi basiler (bakteri) dan parasit amoeba. Gejala akan muncul sekitar 1-3 hari setelah terinfeksi bakteri atau parasit. Namun ada kondisi di mana gejala muncul lebih lambat dan bahkan tidak memiliki gejala.
Disentri basiler menyebabkan gejala umum seperti:
- Diare disertai kram perut
- Demam atau meriang
- Mual dan muntah
- Ditemukannya darah atau lendir saat diare
Disentri amoeba memiliki gejala umum seperti:
- Mual
- Diare
- Kram perut
- Demam
- Penurunan berat badan
Cara Mengobati atau Obat Disentri
Disentri ringan umumnya bisa sembuh tanpa pengobatan khusus dalam 3–7 hari. Anda cukup beristirahat dan menjaga asupan cairan tubuh agar tidak mengalami dehidrasi. Bila perlu Anda bisa minum oralit sesuai takaran.
Namun, jika mengalami disentri parah maka harus ditangani dengan obat-obatan untuk meredakan gejala dan membunuh patogen penyebab infeksi. Pasien juga mungkin perlu dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan cairan yang cukup melalui infus apabila keadaannya mengkhawatirkan.
Beberapa jenis obat yang digunakan untuk meredakan gejala disentri yaitu bismuth subsalisilat dan paracetamol. Sedangkan, obat untuk membunuh penyebab infeksi adalah antibiotik, contohnya yaitu seperti ciprofloxacin dan metronidazole. Pastikan Anda terlebih dahulu berkonsultasi kepada dokter ketika mengkonsumsi obat-obatan tersebut agar aman dan tepat dosis.
Bagaimana Upaya Pencegahan Disentri?
- Rajin mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, khususnya sebelum makan, memasak, menyiapkan makanan, dan setelah buang air besar
- Hindari kontak langsung dengan pengidap disentri, misalnya bersentuhan
- Hindari penggunaan handuk, pakaian, atau alat lainnya yang sama dengan pengidap disentri
- Gunakan air panas untuk mencuci pakaian pengidap disentri agar membunuh kuman
- Hindari tertelan air ketika berenang di fasilitas umum, misalnya kamar mandi bersama ataupun kolam renang
- Selalu bersihkan toilet dengan desinfektan setiap selesai pakai
- Konsumsi air bersih yang telah dimasak hingga mendidih dan air di botol yang masih tertutup rapat
- Hindari mengkonsumsi es batu yang dijual sembarangan oleh karena kemungkinan terkontaminasi kuman dan masih mentah
Disentri bukan penyakit menakutkan jika Anda mengetahui penyebab, cara pengobatan, dan pencegahannya. Selalu terapkan pola hidup bersih dan sehat untuk menjaga tubuh yang prima. Yuk, jaga kebersihan agar bebas Anda dan keluarga tercinta bebas dari disentri!
29,450 kali dilihat, 479 kali dilihat hari ini
Penyakit
Diare: Penyebab, Gejala, Penyembuhan dan Pencegahan
Di Indonesia, diare merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi, terutama pada bayi. Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan dan kematian terutama pada balita
28,987 kali dilihat, 56 kali dilihat hari ini

Lampung.co – Gangguan pencernaan yang ditandai dengan buang air besar encer sebanyak lebih dari tiga kali dalam sehari disebut diare. Selain encer, feses yang keluar mungkin terlihat lembek atau berair. Ada banyak kondisi yang dapat menyebabkan diare, mulai dari infeksi bakteri, efek obat, hingga gangguan pencernaan. Diare akibat gangguan pencernaan biasanya terjadi bersamaan dengan kondisi lain.
Pengertian
Pengertian diare adalah penyakit yang menyebabkan penderitanya mengalami buang air besar yang encer dengan frekuensi berkali-kali dalam satu waktu. Diare umumnya terjadi akibat mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi virus, bakteri, atau parasit. Di Indonesia, diare merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi, terutama pada bayi. Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan dan kematian terutama pada balita (Dyah Ragil WL, 2017).
Diare biasanya tidak berlangsung lebih dari 14 hari (diare akut). Namun, dalam beberapa kasus, diare berlangsung lebih dari 14 hari dan ini sudah di tahap kronis. Diare umumnya tidak berbahaya dan sembuh dengan sendirinya. Jika tidak membaik atau memburuk dalam waktu lama, penderita dapat menyebabkan komplikasi yang fatal jika tidak ditangani dengan benar.
Penyebab Diare
Penyebab diare adalah masuknya bakteri ke organ pencernaan. Penyebab lain sangat beragam dan terkadang pemicu pastinya tidak diketahui. Namun, kebanyakan orang terserang diare karena infeksi bakteri karena mengonsumsi makanan yang tidak steril atau terkontaminasi. Akibatnya, pasien mengalami gejala seperti sakit perut, mual, dan buang air kecil setelah konsumsi.
Jenis-jenis
Ada beberapa jenis berdasarkan tingkat keparahan diare, yaitu:
- Diare akut: diare muncul tiba-tiba selama 3-7 hari dengan gejala mencret jangka pendek.
- Diare persisten: diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu namun tidak lebih dari 4 minggu.
- Diare kronis: diare bisa berlangsung sampai 4 minggu dan berkembang secara perlahan.
Gejala Diare
Gejala diare cenderung bervariasi. Namun ada beberapa yang umum, yaitu:
- Mulas
- Tidak nafsu makan
- Sulit menahan buang air besar
- Lemas, pusing, dan terkadang kulit kering
Seseorang dikatakan mengalami diare bila frekuensi buang air besar lebih sering dari biasanya. Jika Anda mengalami diare, Anda mungkin juga mengalami gejala pada feses, seperti:
- Feses encer atau berdarah
- Feses keluar dalam jumlah banyak meski sudah berkali-kali buang air
- Terkadang feses seperti air
Penyembuhan atau Obat Diare
Terdapat cara mengobati diare yang bisa Anda lakukan bahkan bisa diobati di rumah. Salah satu tujuan pengobatan adalah untuk mengganti cairan yang hilang akibat buang air besar berlebihan. Minum banyak air agar terhindar dari dehidrasi.
Anda juga bisa minum larutan oralit atau larutan elektrolit yang dijual bebas di apotek. Cairan ini sering digunakan sebagai pertolongan pertama untuk masalah diare. Elektrolit mengisi tubuh dengan glukosa, garam dan mineral penting lainnya yang hilang karena dehidrasi.
Ini adalah solusi rehidrasi yang aman untuk anak-anak dan orang tua. Anak-anak dengan diare juga membutuhkan pengawasan orang tua karena mereka rentan mengalami dehidrasi berat. Beri anak Anda pertolongan pertama diare dengan minum oralit dan pantau ketidaknyamanan yang dia alami.
Pencegahan Diare
Untuk mencegah diare, disarankan agar selalu memperhatikan kebersihan diri dan kebersihan makanan. Ingatlah untuk mencuci buah dan sayuran, tidak memakan makanan mentah atau air mentah, pastikan memasak makanan atau air sampai mendidih, dan mencuci tangan dengan bersih. Ini untuk menghindari bakteri yang bisa masuk ke dalam organ pencernaan.
Diare biasanya tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya. Karena ada resiko memburuk dapat menyebabkan komplikasi yang fatal, lebih baik segera ke dokter saat gejala berlangsung lama. Jika tidak ditangani dengan baik, dikhawatirkan penderitanya mengalami dehidrasi parah.
28,988 kali dilihat, 57 kali dilihat hari ini
-
Berita4 hari ago
Prakiraan Cuaca Lampung Hari Ini
-
Berita4 hari ago
Harga Emas Hari Ini, Lengkap 0,5 Gram hingga 1 Kg
-
Berita4 hari ago
Jadwal Sholat di Bandar Lampung Hari Ini
-
Berita3 hari ago
Maling Ayam, Warga Lampung Utara Diamuk Massa Hingga Tewas
-
Aplikasi5 hari ago
Panduan Lengkap Cara Cloning Aplikasi di Samsung Semua Tipe
-
Aplikasi5 hari ago
Ini Pilihan Aplikasi TikTok Download Tanpa Watermark
-
Berita7 hari ago
Komisi V DPRD Lampung Minta KPU Perbaiki Hasil Coklit
-
Lifestyle6 hari ago
Begini Cara Merawat Sneakers yang Benar Biar Awet