Mahasiswa ITB Rancang Pesawat Lipat

Tim Redaksi

Lampung.co – Luar biasa, mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) menciptakan invoasi berupa rancangan sayap pesawat yang dapat dilipat. Pesawat lipat tersebut diperagakan, dengan kerangka pesawat yang dibuat menggunakan bahan fiberglass. Pembuatannya memadukan proses mulai dari 3D print dan CNC yang dibuat di ITB. Secara keseluruhan pembuatan pesawat ini membutuhkan waktu 8 bulan.

Dilansir dari laman Detikcom, salah satu anggota tim, Nathan, menjelaskan ide pembuatan pesawat tersebut lahir setelah melihat beberapa referensi. Setelah itu, ia bersama belasan rekannya di Tim Aksantara ITB mengaplikasikannya.

Menurutnya, pesawat yang telah dibuatnya bersama teman-temanya tersebut memang sudah ada. “Tapi referensi yang kami lihat hanya wujudnya saja, karena tidak dijelaskan spesifik pembuatannya. Akhirnya kami buat sendiri sesuai kemampuan,” kata Nathan di Sabuga, Jalan Tamansari, Kota Bandung, Kamis (02/11/2017).

Nathan mengatakan secara fisik pesawat lipat tersebut sudah cukup baik. Hanya saja perlu ada pengembangan sistem atau teknologi untuk pengoperasian pesawat tersebut. Dijelaskannya, dalam pesawat yang dibuatnya tersebut ada sisi uniknya, keunikan wahana tersebut yakni terdapat pada keempat sayap pesawat yang dirancang dengan spesifikasi dan bisa dilipat. Bahkan pesawat dengan panjang sekitar 1 meter itu bisa masuk ke dalam tabung khusus.

“Jadi pesawat tidak perlu dikeluarkan dari tabung. Sesawat bisa langsung meluncur terbang dari dalam tabung yang dilontarkan menggunakan tenaga gas,” tutur perancang manufakturing sayap pesawat lipat ini.

Tak hanya sampai disitu, ia juga menjelaskan, saat sudah berada di udara, dua sayap depan pesawat secara otomatis terbuka disusul dengan dua sayap belakangnya. “Tak ketinggalan bagian vertical tail-nya ikut terbuka. Konsep desain putaran sayapnya lebih ke torsion spring,” jelas Nathan.

Sementara, hal senada disampaikan anggota tim lainnya Tegar Satria. Pria yang akrab disapa –Tegar tersebut mengatakan, tidak hanya unik, pesawat ini dibekali Coordinated Air Relay System (CARS). Dengan begitu pesawat bisa terkoneksi satu sama lain dengan dua bahkan tiga pesawat. “Biasanya hanya satu pesawat yang bisa terkoneksi dengan ground control system. Tapi pesawat buatan tim kami bisa menangkap data saling terkoneksi satu sama lain dengan sistem kontrolnya menggunakan Wi-Fi,” tutur Tegar.

Berbagai perangkat yang disematkan membuat pesawat ini memiliki fungsi monitoring yang handal. Pesawat ini memiliki kecepatan 25 meter per detik dengan waktu terbang maksimal 30 menit. Menurutnya pula, monitoring data bisa langsung dilakukan dari atas dengan lebih cepat dan akurat. Tak hanya itu, pesawat dapat melakukan fungsi live streaming serta diformasikan melakukan atraksi tertentu.

“Jadi apa yang nantinya pesawat kami monitor tergambar di satu laptop (ground control system) kami. Bisa juga kami kontrol dari jauh,” kata mahasiswa Teknik Elektro ini.

Tegar juga menjelaskan tentang kesulitan dalam pembuatan pesawat. Menurutnya, kesulitan pembuatan lebih pada pembuatan putaran sayap pesawat. “Jadi kita terus uji coba agar sayap bisa dilipat, dan itu menghabiskan waktu selama 2 bulan,” aku Tegar.

Berkat rancangan saya pesawat yang dapat dilipat ini, Tim Aksantara ITB ini meraih posisi dua kategori technology development dalam Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI) di Pasuruan pada pertengahan Oktober 2017. “Kami juga dapat penghargaan best design,” terang Tegar.

Diketahui berdasarkan penjelasan keduanya, keunggulan dan keunikan pesawat ini yakni sayapnya bisa dilipat. Pesawat ini diterbangkan menggunakan peluncur berbentuk tabung bertenaga gas. Ketika berada di udara, sayap otomatis terbuka. (Net)

Tim Redaksi

Tim Redaksi media online Lampung.co menerbitkan berita-berita khusus, termasuk berita advertorial. Hubungi tim redaksi melalui email redaksi@lampung.co

Related Post

Leave a Comment

Ads - Before Footer