Iqro
Hukum Duduk di Atas Kubur bagi Orang Muslim
Masih banyak orang yang dengan entengnya duduk di atas kuburan milik saudaranya sendiri, menginjak kuburan saudaranya sendiri, maupun membuat bangunan megah di atas kuburan.

Lampung dot co – Iqro | Sebelum membahas hukum duduk di atas kubur bagi orang muslim, kita mulai dengan bicara soal aturan. Hal ini penting karena pada dasarnya sebuah hukum berangkat dari adanya aturan itu sendiri. “Aturan dibuat untuk dilanggar.” Entah siapa yang pertama mulai menerbitkan kalimat ini.
Terdengar enak, bagai lelucon, ringan saja, tetapi potensi membuat orang jauh dari kebenaran itu cukup signifikan. Pada kenyataannya, sekarang ini, lebih banyak orang pecinta freedom yang meninggikan derajat ke-freedom-annya sampai-sampai tidak peduli lagi apakah perbuatannya akan menimbulkan kerusakan dan dosa atau tidak.
Tidak Ada Kebebasan Mutlak
Semua yang berada di bumi ini tidak ada yang memiliki kebebasan absolut. Bahkan orang yang mengklaim ia telah mendapatkan kebebasan, pada akhirnya ia masih terikat oleh aturan-aturan yang dibuatnya sendiri. Seandainya bumi tidak berputar pada porosnya, tidak mungkin ada 24 jam.
Seandainya bumi tidak mengelilingi matahari, tentu tidak mungkin ada bilangan tahun. Setiap planet yang mengelilingi matahari memiliki lintasan sendiri-sendiri. Entah apa jadinya jika masing-masing planet dan benda-benda di langit melanggar lintasannya. Mungkin alam raya akan kacau balau.
Di sinilah sebuah aturan penting disimak, dipelajari, dan direnungkan. Kita hidup di dunia diatur oleh ketetapan hukum Allah SWT dalam ayat-ayat Al-qur’an dan teladan Rasulullah SAW dalam As-sunnah. Bumi bukan milik kita. Bahkan kita sendiri bukan milik kita, melainkan kepunyaan Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Apabila aturan itu tidak diindahkan lagi, mungkin Allah SWT tidak akan lagi peduli pada kita. Kenikmatan bumi akan diambil kembali.
Soal Kematian
Apakah Anda tahu apa yang paling dekat dengan manusia? Ya, betul, yang paling dekat dengan kita adalah kematian, dan yang paling jauh dari kita adalah masa lalu. Sementara Alam Kubur adalah tempat perantara kita (transit) setelah mati sebelum memasuki gerbang kehidupan baru di Padang Mahsyar.
Banyak yang lalai akan hal ini. Dibandingkan dengan kehidupan, kematian jauh lebih suci. Di sana tidak ada lagi kepalsuan.
Hukum Duduk di Atas Kubur
Tapi masih banyak orang yang dengan entengnya duduk di atas kuburan milik saudaranya sendiri, menginjak kuburan saudaranya sendiri, maupun membuat bangunan megah di atas kuburan. Padahal ketiga-tiganya adalah hal yang dilarang keras oleh Rasulullah SAW. Untuk lebih jelasnya, coba Anda simak uraian hadits berikut ini.
Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah SAW bersabda: “Andai seseorang duduk di atas bara api hingga (api itu) membakar pakaian sampai kulitnya, itu lebih baik baginya daripada duduk di atas kubur.” (HR. Muslim)
Setiap ayat Al-qur’an turun, biasanya disebabkan oleh peristiwa tertentu. Begitu pula sabda Nabi Muhammad SAW. Kalau pada hari itu tidak ada orang yang duduk di atas kuburan, tentu hadits Rasulullah SAW di atas tidak mungkin ada.
Bagi sebagian ulama berpendapat, bahwa duduk di atas kuburan hukumnya haram, karena seseorang yang melakukannya berarti ia telah menghinakan saudaranya sendiri. Terutama kuburan dari seorang muslim. Untuk kuburan orang non-muslim atau kafir, tentu berbeda lagi hukumnya.
Hadits di atas memiliki makna yang jelas dan hampir tidak ada indikasi multitafsir sama sekali. Namun, sebagian dari ulama lain berpendapat, bahwa yang dimaksud duduk di atas kubur itu bermakna duduk sambil buang hajat sehingga duduk biasa di atas kubur hukumnya menjadi boleh.
Pendapat terkuat tentu dilarangnya kita duduk di atas kubur. Sebab, hampir tidak mungkin orang yang sehat akalnya akan mengencingi kuburan maupun buang hajat dengan cara lain di tempat tersebut.
Kubur bagi orang muslim merupakan rumah pribadinya sebelum ia menghadapi yaumul ba’ats atau hari ketika orang-orang yang telah meninggal dunia dibangkitkan. Saat itu ia telah sepenuhnya meninggalkan rumah keduanya setelah rumah di dunia menuju rumah abadinya setelah yaumul jaza atau hari pembalasan atas amal-amalnya ketika hidup di dunia. Pada hari terakhir itu, tiada satu amalan setitik debu yang luput dari balasan Allah SWT.
Hadits lain tentang hukum duduk di atas kubur yakni Rasulullah SAW juga pernah bersabda: “Janganlah kalian menduduki kuburan dan jangan pula shalat dengan menghadap kubur.”(HR. Muslim).
Apakah Anda masih berpikir kalau kalimat, “aturan dibuat untuk dilanggar”, sebagai kalimat yang indah dan layak diikuti? Padahal dampaknya bisa berkelanjutan apabila Anda nekat melakukannya.
Terlebih lagi sudah ada dua hadits dari Rasulullah SAW yang memperingatkan dengan keras untuk orang yang suka duduk di atas kuburan. Tentu saja, hal ini tidak berlaku untuk orang yang belum tahu ilmunya. Sebab, Allah SWT hanya menghitung amalan manusia di bumi berdasarkan ilmu yang dimiliki.
Wallahu a’lam bish-shawab

Iqro
Hukum Membaca Al-Qur’an di Kuburan Menurut 4 Imam Mazhab
Pertanyaan berikutnya, apakah hukum membaca Al-qur’an di sisi kubur itu boleh dilakukan? Untuk menjawab pertanyaan ini, sebaiknya kita kembalikan lagi ke asalnya. Tentu saja kembali pada Al-qur’an dan Al-hadits.

Lampung dot co – Iqro | Pemakaman bahagia ialah pemakaman yang sering dikunjungi. Orang yang sudah meninggal dunia, ia juga meninggalkan apa-apa yang ia miliki di dunia. Merasa kesepian, sendirian, tiada teman, tiada orang untuk diajak mengobrol. Yang tersisa di dunia hanyalah buah amal dan keluarga. Alangkah beruntung ketika seseorang yang meninggal dunia, ia masih memiliki keluarga yang rajin mengunjungi rumah barunya.
Alangkah tidak beruntung, ketika ia meninggal dunia, keluarga malah ribut soal harta warisan. Kondisi makam tak terawat dan daun-daun yang berguguran ke permukaan makamnya tiada yang membersihkan. Kondisi makam yang serupa ini tak terhitung lagi jumlahnya. Kehujanan pun tiada peduli. Seolah-olah ia tidak ada dan tidak pernah terlahir ke dunia.
Tentang Ziarah Kubur Musiman
Paling tidak, kita pernah atau kerap melihat kegiatan ziarah musiman. Apa itu ziarah musiman? Tak bukan dan tak lain adalah ziarah yang dilakukan setahun sekali, misalkan pada waktu menjelang masuk bulan Ramadhan. Kebiasaan ini belum luntur di beberapa daerah. Anak-ayah pergi ke kuburan. Mereka membaca Al-qur’an, bershalawat, dan juga membersihkan area sekitar.
Bukankah itu pemandangan yang indah? Meskipun hanya setahun sekali, penghuni kubur tentu akan senang karena beban azab mereka diringankan oleh keluarga sendiri. Mungkin mereka saat itu sedang dipalu, dicacah, disembelih, ditusuk, dirayapi ular ganas yang beracun, dan beragam siksaan yang tersedia. Namun, berkat doa dan bacaan Al-qur’an dari anak dan cucu, ia bisa bernapas lega karena untuk sementara siksaan itu terhenti.
Kalau saja ia bisa bicara, tentu yang diucapkan pertama kali adalah ungkapan terima kasih. Membaca Al-qu’an dan berdoa termasuk kegiatan yang ringan di lidah, tapi berat di niat. Siapa yang bisa melewati hal ini, tentu ia termasuk manusia-manusia pilihan. Sebab, lebih banyak orang yang bicara harta dan dunia daripada kematian dan akhirat. Sementara doa dan membaca Al-qur’an tidak bisa dikomersilkan.
Hukum Membaca Al-Qur’an di Kuburan
Pertanyaan berikutnya, apakah hukum membaca Al-qur’an di sisi kubur itu boleh dilakukan? Untuk menjawab pertanyaan ini, sebaiknya kita kembalikan lagi ke asalnya. Tentu saja kembali pada Al-qur’an dan Al-hadits. Sebab, dua warisan terindah dari Rasulullah Saw hanya dua pegangan itu.
Dari Abdullah ibnu Umar, ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah bersabda: ‘Apabila salah seorang dari kalian meninggal dunia, maka janganlah kalian menahannya, segerakan ia ke kuburnya, bacakan di sisi kubur dengan Al-Fatihah dan di sisi kedua kakinya dengan akhir surat Al-Baqarah”. (HR. At-tabrani)
Seorang mayat yang jasadnya ditahan-tahan di rumah, hal itu akan menyulitkan proses penyatuan kembali ke tanah. Apabila mayat itu meninggal dunia akibat penyakit yang bisa menular, tentu akan berdampak buruk terhadap lingkungan. Lagi pula hal itu jelas berseberangan dengan perintah Rasulullah Swa. Kita diciptakan dari tanah, dan ketika meninggal, akan kembali pula ke tanah. Semakin cepat semakin baik.
Pendapat 4 Imam Mazhab
Imam Syafi’i dan para ulama lainnya yang ber-madzhab Syafi’i berpendapat bahwa membaca sebagaian dari Al-qur’an di sisi kubur itu sangat dianjurkan. Misal, seperti di hadits di atas: surat Al-Fatihah dan akhir surat Al-Baqarah. Namun, apabila ada di antara peziarah yang mampu mengkhatamkan Al-qur’an secara keseluruhan pada saat itu juga, maka hal itu lebih utama.
Para ahli fikih telah berpendapat tentang hukum membaca Al-qur’an di sisi kubur. Menurut madzhab Syafi’i dan Imam Muhammad bin Al-Hasan hukumnya dianjurkan, disebabkan sifat keberkahan yang dimiliki Al-qur’an itu sendiri. Menurut Imam Ahmad bin Hambal hukumnya boleh. Sementara menurut Imam Maliki dan Imam Hanafi hukumnya makruh.
Pendapat para ulama
Dari banyaknya pendapat ulama yang membolehkan bacaan Al-qur’an di sisi kubur menjadi sinyal bagus untuk kita agar bisa meringankan beban azab yang dipikul oleh para penghuni kubur, misal kakek kita. Tapi, lebih banyak mana, orang yang berziarah atau yang tidak peduli dengan kegiatan ziarah?
Wallahu a’lam bish-shawab
Iqro
Menghadiahkan Bacaan Al Qur’an untuk Mayit, Apakah Pahalanya Sampai?
Dalam perkembangannya, terjadi gesekan yang cukup populer di tubuh umat Islam terkait sampai atau tidaknya pahala akibat membacakan Al-qur’an pada orang yang sudah meninggal dunia.

Lampung dot co – Iqro | Dalam masyarakat kita, mengirim bacaan Al-qur’an untuk orang yang sudah meninggal itu sudah lumrah adanya. Hal yang sering dilakukan antara lain mengirim surat Al-Fatihah yang dalam intro-nya dikhususkan untuk arwah si fulan dan si fulan. Utamanya adalah ketika datang malam Jum’at.
Namun, dalam perkembangannya, terjadi gesekan yang cukup populer di tubuh umat Islam terkait sampai atau tidaknya pahala akibat membacakan Al-qur’an pada orang yang sudah meninggal dunia.
Apakah pahala dari membacakan ayat-ayat Al-qur’an untuk si arwah atau mayit itu benar-benar sampai dengan niatan dikhususkan? Atau apakah pahala itu tetap hanya untuk pembacanya saja? Ikhtilaf pada poin ini sebaiknya dikembalikan pada yang lebih tahu.
Kita tidak bisa memutuskan sesuatu begitu saja berdasarkan penafsiran sendiri. Apa pendapat para ‘alim-ulama terkait hal ini? Simak uraian di bawah ini. Semoga bisa menjadi rujukan yang baik untuk Anda.
Pendapat Imam Ibnu Taimiyah
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa dengan membacakan Al’quran untuk orang yang sudah meninggal dunia pahalanya akan tetap sampai. Hal ini menjadi sejalan dengan doa, istighfar, dan shalat jenazah yang dilakukan seseorang terhadap orang lain (yang sudah meninggal).
Beliau memiliki cenderung terhadap hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim berikut. Rasulullah Saw bersabda: “Barang siapa yang meninggal dunia, sedangkan ia masih memiliki kewajiban berpuasa, maka walinya melaksanakan puasa untuknya.”
Hadits tersebut diragukan oleh ayat Al-qur’an dalam surat An-Najm ayat 39: “Dan bahwasanya manusia tiada memperoleh selain dari apa yang telah diusahakannya.” Memang benar bahwa setiap usaha manusia hanya mendapat pahala dari apa yang diusahakannya.
Namun, dalam kacamata lain, kita sudah sering melihat doa seseorang untuk orang lain yang telah meninggal. Apakah yang menerima manfaat hanya si pelantun? Bahkan hal ini juga semakin diteguhkan dalam ayat Al-qur’an.
“Dan orang-orang yang datang setelah mereka (kaum Muhajirin dan kaum Anshar) pun berdoa: ‘Ya Allah, berilah ampun pada kami dan saudara-saudara kami yang lebih dahulu beriman dari kami, dan janganlah Kau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang yang beriman; Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang’.” (QS. Al Hasyr: 10)
Menurut Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
Terkait hal ini, ulama besar, Imam Ibu Qayyim Al-Jauziyah memiliki pendapat yang sama dengan Imam Ibnu Taimiyah. Beliau berpendapat bahwa membacakan Al-qur’an untuk orang yang sudah meninggal dunia dengan sukarela, maka pahalanya akan sampai sebagaimana pahala puasa dan haji yang ditunaikan untuk menetapi nazar dan hutang si mayat.
Pemikiran Syakh Ibnu Utsaimin
Beliau berpendapat, ada yang lebih afdal daripada membacakan Al-qur’an untuk orang yang sudah meninggal. Apa itu? Dengan doa. Semua ulama tiada ikhtilaf soal ini. Sebab, telah terangkum dengan jelas dalam hadits berikut.
Rasulullah SAW bersabda: “Ya Allah, ampunilah orang-orang yang masih hidup dan orang-orang yang sudah meninggal dunia di antara kami.” (HR. At-Tirmidzi).
Kesimpulan
Berdasarkan tiga pendapat di atas, membacakan Al-qur’an untuk si mayat tetap akan bermanfaat terhadapnya. Namun dengan dasar sukarela tanpa upah sama sekali. Dengan kata lain, pembacaan Al-qur’an itu tidak ada unsur bayar-membayar atau sewa-menyewa jasa orang pintar agar membacakan Al-qur’an untuk si arwah.
Hal ini sudah termasuk dalam menjual agama demi dunia. Dan ini bukan perkara baik untuk diteladani, meskipun sudah lumrah adanya. Namun, hal tersebut pun juga bisa menjadi ikhtilaf di antara kalangan masyarakat.
Sebab, masih ada orang yang sampai sekarang belum bisa membaca Al-qur’an, sementara ia ingin menghadiahkan pahala dari ayat Al-qur’an untuk orang yang sudah meninggal seperti kemauannya.
Dalam problematika ini, sangat dianjurkan untuk bertolak pada pendapat Syaikh Ibnu Utsaimin, yakni berdoa lebih baik. Adakah manusia di bumi ini yang tidak bisa memanjatkan doa pada Allah Swt? Rasanya tidak ada.
Penutup
Demikian uraian singkat mengenai tiga pendapat para ulama yang menyoal sampai-tidaknya pahala membacakan ayat-ayat Al-qur’an untuk orang yang telah meninggal. Namun lebih jauh disampaikan, bahwa perselisihan antar umat Islam akan selalu ada hingga hari Kiamat.
Manakah yang lebih baik, apakah perbedaan pendapat dengan cara menonjolkan urat, ataukah dengan cara-cara santun sebagaimana teladan Rasulullah Saw? Tentu saja pilihan kedua lebih baik.
Wallahu a’lam bish-shawab
Doa
Niat dan Doa Setelah Sholat Tahajud Sesuai Sunnah Nabi
Dengan mengamalkan Sholat ini secara rutin, kita akan mendapatkan keberkahan dalam berbagai aspek kehidupan.

Lampung dot co – Iqro | Sebelum membahas niat dan doa setelah sholat Tahajud, perlu diketahui bahwa sholat Tahajud adalah ibadah sunnah yang dilakukan pada malam hari setelah tidur. Meskipun ibadah ini bukanlah wajib, namun memiliki keutamaan yang luar biasa dan memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan sehari-hari.
Dalam artikel ini, kita akan membahas niat dan doa setelah Sholat Tahajud serta keutamaan dan manfaatnya hingga bagaimana kita dapat mengaplikasikan praktik ini dalam rutinitas kita. Karena dengan mengamalkan Sholat ini secara rutin, kita akan mendapatkan keberkahan dalam berbagai aspek kehidupan.
Niat Sholat Tahajud
Dalam buku Panduan Sholat Wajib & Sunnah Sepanjang Masa Rasulullah SAW karya Ustaz Arif Rahman, bacaan niat sholat Tahajud sebagai berikut:
أصلي سُنَّة التَّهَجُدِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى
Latin: Ushalli sunnatat tahajjudi rak’ataini lillahi ta’aala
Artinya: “Saya berniat mengerjakan sholat sunnah Tahajud dua rakaat karena Allah Ta’aala.”
Doa Setelah Sholat Tahajud
Umat muslim dianjurkan juga membaca doa Sholat Tahajud sesuai dengan yang disebutkan dalam hadits Nabi Muhammad SAW. Berikut bacaan doa setelah Tahajud sesuai sunnah,
Dalam Tulisan Arab
اَللهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ واْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ نُوْرُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ الْحَقُّ وَوَعْدُكَ الْحَقُّ وَلِقَاءُكَ حَقٌّ وَقَوْلُكَ حَقٌّ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ وَالنَّبِيُّوْنَ حَقٌّ وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ حَقٌّ. اَللهُمَّ لَكَ اَسْلَمْتُ وَبِكَ اَمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْكَ اَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ وَاِلَيْكَ حَاكَمْتُ فَاغْفِرْلِيْ مَاقَدَّمْتُ وَمَا اَخَّرْتُ وَمَا اَسْرَرْتُ وَمَا اَعْلَنْتُ وَمَا اَنْتَ اَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ. اَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَاَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لاَاِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ. وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ
Dalam Tulisan Latin
Allâhumma rabbana lakal hamdu. Anta qayyimus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta malikus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta nûrus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu antal haq. Wa wa’dukal haq. Wa liqâ’uka haq. Wa qauluka haq. Wal jannatu haq. Wan nâru haq. Wan nabiyyûna haq. Wa Muhammadun shallallâhu alaihi wasallama haq. Was sâ’atu haq. Allâhumma laka aslamtu. Wa bika âmantu. Wa alaika tawakkaltu. Wa ilaika anabtu. Wa bika khâshamtu. Wa ilaika hâkamtu. Fagfirlî mâ qaddamtu, wa mâ akhkhartu, wa mâ asrartu, wa mâ a’lantu, wa mâ anta a’lamu bihi minnî. Antal muqaddimu wa antal mu’akhkhiru. Lâ ilâha illâ anta. Wa lâ haula, wa lâ quwwata illâ billâh.
Artinya
“Ya Allah, Tuhan kami, segala puji bagi-Mu, Engkau penegak langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau penguasa langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau cahaya langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau Maha Benar. Janji-Mu benar. Pertemuan dengan-Mu kelak itu benar. Firman-Mu benar adanya. Surga itu nyata. Neraka pun demikian. Para nabi itu benar. Demikian pula Nabi Muhammad SAW itu benar. Hari Kiamat itu benar. Ya Tuhanku, hanya kepada-Mu aku berserah. Hanya kepada-Mu juga aku beriman. Kepada-Mu aku pasrah. Hanya kepada-Mu aku kembali. Karena-Mu aku rela bertikai. Hanya pada-Mu dasar putusanku. Karenanya ampuni dosaku yang telah lalu dan yang terkemudian, dosa yang kusembunyikan dan yang kunyatakan, dan dosa lain yang lebih Kau ketahui ketimbang aku. Engkau Yang Maha Terdahulu dan Engkau Yang Maha Terkemudian. Tiada Tuhan selain Engkau. Tiada daya upaya dan kekuatan selain pertolongan Allah.” (HR Bukhari dan Muslim)
Keutamaan
Sholat Tahajud adalah ibadah yang memiliki keutamaan luar biasa dan manfaat yang besar dalam kehidupan sehari-hari. Melalui Sholat Tahajud, kita dapat memperkuat hubungan spiritual dengan Allah SWT, membangun kesadaran dan ketakwaan, meningkatkan konsentrasi dan fokus, menenangkan hati dan pikiran, serta membangun keutamaan dan akhlak mulia.
Sholat Tahajud memiliki keutamaan yang sangat penting dalam agama Islam, bahkan dikatakan sebagai sholat utama setelah sholat fardhu lima waktu. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasul SAW bersabda,
“Rasulullah pernah ditanya mengenai sholat paling utama sesudah sholat wajib, beliau menjawab, ‘Sholat tengah malam (qiyamul lail).” (HR Muslim dan dinilai shahih).
Mendekatkan diri kepada Allah SWT
Sholat Tahajud memberikan kesempatan bagi kita untuk berkomunikasi secara pribadi dengan Allah SWT. Pada waktu tersebut, dunia cenderung lebih tenang, dan kita dapat memusatkan pikiran dan hati kita sepenuhnya pada ibadah. Dalam kesunyian malam, kita dapat merenungkan kebesaran Allah SWT, memohon ampunan, dan memperbaiki hubungan spiritual dengan-Nya.
Meningkatkan Ketakwaan
Melakukan Sholat Tahajud secara teratur membantu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Dengan mempersembahkan sebagian malam kita untuk beribadah kepada Allah, kita menjadi lebih disiplin, bertanggung jawab, dan meningkatkan kesadaran akan kehadiran-Nya dalam setiap aspek kehidupan kita. Sholat Tahajud juga membantu meningkatkan kualitas ibadah kita secara keseluruhan.
Penguatan Konsentrasi
Sholat Tahajud melibatkan konsentrasi yang tinggi karena dilakukan pada saat yang tenang dan sepi. Dengan melakukan sholat Tahajud secara rutin, kita dapat melatih dan meningkatkan konsentrasi serta fokus kita. Kemampuan ini juga dapat membantu kita dalam menjalani tugas dan tanggung jawab sehari-hari dengan lebih baik.
Penyejuk Hati dan Pikiran
Rutinitas hidup yang sibuk dan tekanan dari berbagai aspek kehidupan dapat membuat hati dan pikiran kita gelisah. Sholat Tahajud memberikan kesempatan untuk menenangkan hati dan pikiran kita. Ketika kita merenungkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dan berdoa, kita dapat merasakan ketenangan dan kedamaian yang datang dari Allah SWT. Hal ini membantu kita mengatasi stres dan kecemasan, serta meningkatkan kesejahteraan mental kita.
Membentuk Akhlak Mulia
Sholat Tahajud juga membantu dalam membentuk akhlak mulia. Dalam ibadah ini, kita berusaha untuk meningkatkan kesabaran dan ketekunan. Selain itu, kita juga diajarkan untuk bersikap rendah hati, tawadhu’, dan berbagi dengan sesama. Dengan melaksanakan Sholat ini secara rutin, kita dapat meningkatkan diri kita menjadi pribadi yang lebih baik.
Mendapat Keberkahan
Sholat Tahajud juga membawa keberkahan dalam kehidupan sehari-hari kita. Allah SWT berjanji untuk memberikan rahmat-Nya kepada orang-orang yang mengamalkan sholat ini dengan sungguh-sungguh. Keberkahan ini dapat tercermin dalam berbagai aspek kehidupan, seperti karier, keluarga, hubungan sosial, dan kehidupan spiritual kita.
Penutup
Mari kita jadikan Sholat Tahajud sebagai bagian yang penting dalam rutinitas ibadah kita untuk meningkatkan kualitas hidup dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Wallahu a’lam bish-shawab
-
Berita1 hari ago
Prakiraan Cuaca Lampung Hari Ini
-
Berita23 jam ago
Harga Emas Hari Ini, Lengkap 0,5 Gram hingga 1 Kg
-
Berita1 hari ago
Jadwal Sholat di Bandar Lampung Hari Ini
-
Berita1 hari ago
Harga Pertalite di Lampung Hari Ini
-
Berita1 hari ago
Harga Solar di Lampung Hari Ini
-
Berita18 jam ago
Ini Formasi 7.130 PPPK Guru Pemprov Lampung 2023
-
Penyakit1 hari ago
Ketombe: Penyebab dan Cara Menghilangkan
-
Berita3 hari ago
Identitas 4 Mayat Tanpa Kepala yang Ditemukan di Lampung Mulai Terungkap, Ini Kata Polisi