fbpx
Connect with us

Iqro

Ancaman Azab Tukang Gosip dalam Islam, Ini Haditsnya

Banyak di antara kita pasti pernah membicarakan keburukan orang lain, entah itu dalam porsi kecil maupun besar.

Loading

Published

on

Azab Tukang Gosip
Ilustrasi Tukang Gosip | Foto: Ist.

Lampung dot co – Iqro | Sebelum jauh membahas azab tukang gosip, sebelumnya bicara dulu soal godaan mulut dan kemaluan. Hal itu penting karena kedua organ tubuh inilah yang sering menjadi sumber masalah dalam kehidupan kita. Di sisi lain, keduanya juga bisa menjadi ladang amal, misal mulut digunakan untuk berzikir. Apa zikir yang ringan di lidah dan berat pahalanya di timbangan?

Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah Saw bersabda: “Ada dua kalimat yang ringan ketika diucapkan tapi berat dalam timbangan, dan keduanya dicintai oleh Allah Swt. Dua kalimat itu, yakni ‘Subhanallahi wabihamdihi, subhanallahil’azhimi.” Tidak hanya itu, apabila Anda mengucapkan sehari 100 kali, berarti Anda telah menanam 100 pohon kurma di calon surga yang akan Anda tempati.

Godaan mulut dan kemaluan

Namun, hampir tiada orang yang masih hidup bisa selamat dari godaan mulut dan kemaluan. Dua organ tubuh ini memiliki kontribusi penting dalam kehidupan sehari-hari andai digunakan dalam porsi yang tepat. Apabila porsinya berlebihan, kemungkinan untuk mengatakan kalimat dusta dan melakukan perbuatan buruk dengan kemaluan bisa jauh lebih besar daripada yang diperkirakan sebelumnya. Tentu saja dampaknya lebih besar lagi.

Pernahkah Anda menyaksikan bahwa satu keputusan akibat perkataan baik maupun buruk bisa berdampak puluhan tahun? Mulut merupakan tempatnya manusia untuk berkomunikasi. Sementara kemaluan, tempatnya manusia bereproduksi agar tercipta keturunan-keturunan.

Mulut dan kemaluan yang diberdayakan dengan baik tentu akan melahirkan kalimat dan keturunan yang berkualitas. Sebaliknya, apabila mulut dan kemaluan dipergunakan di jalan keburukan, hanya akan melahirkan keburukan-keburukan lain yang bisa berdampak hingga puluhan tahun. Tidak hanya puluhan tahun, bahkan keburukan dari mulut dan kemaluan orang penting dalam suatu negeri bisa dicatat dalam lembar sejarah.

Tidak perlu jauh-jauh bicara tentang orang penting, orang di sekeliling saja sudah bisa jadi contoh. Banyak di antara kita pasti pernah membicarakan keburukan orang lain, entah itu dalam porsi kecil maupun besar. Gosip demi gosip bisa ditemukan hampir di semua tempat. Asalkan ada mulut, di situlah gosip kemungkinan bisa beredar. Banyak alasan mengapa mereka tetap bergosip meskipun sudah tahu kalau membicarakan keburukan aib orang lain itu dilarang dalam agama.

Apabila kita membicarakan keburukan orang lain, kita pasti akan jatuh diantara dua jurang. Andai apa yang kita bicarakan benar adanya, kita sudah jatuh pada ghibah. Sementara apa yang kita bicarakan ternyata tidak benar, kita sudah jatuh ke dalam fitnah. Mana di antara dua hal itu yang lebih baik? Tidak ada, yang ada mendapat ancaman azab tukang gosip. Yang lebih baik adalah diam. Apabila mampu, cegahlah orang lain ketika gosip tengah berlangsung.

Hadits tentang azab tukang gosip

Dari Abdullah bin Abbas, ia berkata: “Ketika Rasulullah Saw melewati dua kubur, beliau bersabda: ‘Kedua penghuni kubur ini tengah diazab. Mereka diazab bukan sebab dosa besar. Salah satunya diazab karena buang air kecil dan satunya lagi diazab karena berjalan membawa ucapan orang lain (gosip).”

Setelah itu, Rasulullah mengambil satu pelepah kurma yang masih basah, kemudian membaginya jadi dua bagian. Beliau kemudian menampakkan kedua bagian itu pada dua makam. Para sahabat pun bertanya: “Wahai Rasulullah Saw, mengapa engkau melakukan hal ini?” Rasulullah Saw menanggapi: “Mudah-mudahan azab kedua penghuni kubur ini diringankan selama pelepah kurma ini masih basah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Setiap sabda Rasulullah Saw adalah kenyataan yang tak bisa dibantah oleh siapa pun. Hadits di atas membuktikan bahwa gosip bisa menjadi penyebab azab kubur yang serius dan berulang-ulang. Kalau dosa gosip ringan, tentu Rasulullah tidak akan berkata, “Mudah-mudahan azab kedua penghuni kubur ini diringankan”.

Penyebab gosip bisa menjadi dosa yang besar

Ketika mulut sudah membicarakan keburukan orang lain, hampir tidak mungkin seseorang bisa menahannya untuk membicarakan keburukan orang lebih banyak lagi. Berturut-turut. Sambung-menyambung. Perkara gosip ini bisa menimpa siapa saja. Bahkan seorang kiai pun bisa terjerat oleh dosa akibat tidak bisa menjaga mulut ini. Apalagi orang biasa? Bahkan ada yang menggosip karena ia kehabisan bahan bicara demi membuat suasana tidak dingin dan kaku.

Solusi agar terhindar dari azab tukang gosip

Apa yang harus dilakukan untuk mengurangi azab tukang gosip ketika kita sudah telanjur membicarakan keburukan orang lain? Ada dua cara untuk menebus kesalahan tersebut. Pertama, dengan meminta maaf pada pihak yang dirugikan. Dan kedua, perbanyak membicarakan kebaikan orang yang sama (dengan porsi lebih banyak). Dengan dua hal itu, selain bisa mengurangi beban dosa, meniadakan dosa, bisa juga membangun silaturahmi dan sikap saling keterbukaan antar-sesama.

Namun, kebanyakan masih merasa malu untuk meminta maaf dan merasa enggan membicarakan kebaikan orang lain. Oleh karena itu, syetan tidak pernah melewatkan kesempatan yang terbuka lebar itu. Bukan syetan yang membukanya, melainkan calon korbannya sendiri. Sampai ada pepatah, “Syetan tidak pernah salah.” Percuma menyalahkan syetan, sebab memang begitulah tugasnya. Sementara tugas kita adalah membentengi diri dari jalan lebar tempat keluar-masuk bisikan setan.

Wallahu a’lam bish-shawab

Loading

Rodi Ediyansyah merupakan salah satu editor media online Lampung.co yang bertugas mencari, menyunting dan menerbitkan naskah berita atau artikel dari penulis. Kontak rhodoy@lampung.co

Iqro

Hukum Membaca Al-Qur’an di Kuburan Menurut 4 Imam Mazhab

Pertanyaan berikutnya, apakah hukum membaca Al-qur’an di sisi kubur itu boleh dilakukan? Untuk menjawab pertanyaan ini, sebaiknya kita kembalikan lagi ke asalnya. Tentu saja kembali pada Al-qur’an dan Al-hadits.

Loading

Published

on

Hukum Membaca Al-Qur'an di Kuburan
Ilustrasi Membaca Al-Qur'an di Kuburan | Foto: Ist.

Lampung dot co – Iqro | Pemakaman bahagia ialah pemakaman yang sering dikunjungi. Orang yang sudah meninggal dunia, ia juga meninggalkan apa-apa yang ia miliki di dunia. Merasa kesepian, sendirian, tiada teman, tiada orang untuk diajak mengobrol. Yang tersisa di dunia hanyalah buah amal dan keluarga. Alangkah beruntung ketika seseorang yang meninggal dunia, ia masih memiliki keluarga yang rajin mengunjungi rumah barunya.

Alangkah tidak beruntung, ketika ia meninggal dunia, keluarga malah ribut soal harta warisan. Kondisi makam tak terawat dan daun-daun yang berguguran ke permukaan makamnya tiada yang membersihkan. Kondisi makam yang serupa ini tak terhitung lagi jumlahnya. Kehujanan pun tiada peduli. Seolah-olah ia tidak ada dan tidak pernah terlahir ke dunia.

Tentang Ziarah Kubur Musiman

Paling tidak, kita pernah atau kerap melihat kegiatan ziarah musiman. Apa itu ziarah musiman? Tak bukan dan tak lain adalah ziarah yang dilakukan setahun sekali, misalkan pada waktu menjelang masuk bulan Ramadhan. Kebiasaan ini belum luntur di beberapa daerah. Anak-ayah pergi ke kuburan. Mereka membaca Al-qur’an, bershalawat, dan juga membersihkan area sekitar.

Bukankah itu pemandangan yang indah? Meskipun hanya setahun sekali, penghuni kubur tentu akan senang karena beban azab mereka diringankan oleh keluarga sendiri. Mungkin mereka saat itu sedang dipalu, dicacah, disembelih, ditusuk, dirayapi ular ganas yang beracun, dan beragam siksaan yang tersedia. Namun, berkat doa dan bacaan Al-qur’an dari anak dan cucu, ia bisa bernapas lega karena untuk sementara siksaan itu terhenti.

Kalau saja ia bisa bicara, tentu yang diucapkan pertama kali adalah ungkapan terima kasih. Membaca Al-qu’an dan berdoa termasuk kegiatan yang ringan di lidah, tapi berat di niat. Siapa yang bisa melewati hal ini, tentu ia termasuk manusia-manusia pilihan. Sebab, lebih banyak orang yang bicara harta dan dunia daripada kematian dan akhirat. Sementara doa dan membaca Al-qur’an tidak bisa dikomersilkan.

Hukum Membaca Al-Qur’an di Kuburan

Pertanyaan berikutnya, apakah hukum membaca Al-qur’an di sisi kubur itu boleh dilakukan? Untuk menjawab pertanyaan ini, sebaiknya kita kembalikan lagi ke asalnya. Tentu saja kembali pada Al-qur’an dan Al-hadits. Sebab, dua warisan terindah dari Rasulullah Saw hanya dua pegangan itu.

Dari Abdullah ibnu Umar, ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah bersabda: ‘Apabila salah seorang dari kalian meninggal dunia, maka janganlah kalian menahannya, segerakan ia ke kuburnya, bacakan di sisi kubur dengan Al-Fatihah dan di sisi kedua kakinya dengan akhir surat Al-Baqarah”. (HR. At-tabrani)

Seorang mayat yang jasadnya ditahan-tahan di rumah, hal itu akan menyulitkan proses penyatuan kembali ke tanah. Apabila mayat itu meninggal dunia akibat penyakit yang bisa menular, tentu akan berdampak buruk terhadap lingkungan. Lagi pula hal itu jelas berseberangan dengan perintah Rasulullah Swa. Kita diciptakan dari tanah, dan ketika meninggal, akan kembali pula ke tanah. Semakin cepat semakin baik.

Pendapat 4 Imam Mazhab

Imam Syafi’i dan para ulama lainnya yang ber-madzhab Syafi’i berpendapat bahwa membaca sebagaian dari Al-qur’an di sisi kubur itu sangat dianjurkan. Misal, seperti di hadits di atas: surat Al-Fatihah dan akhir surat Al-Baqarah. Namun, apabila ada di antara peziarah yang mampu mengkhatamkan Al-qur’an secara keseluruhan pada saat itu juga, maka hal itu lebih utama.

Para ahli fikih telah berpendapat tentang hukum membaca Al-qur’an di sisi kubur. Menurut madzhab Syafi’i dan Imam Muhammad bin Al-Hasan hukumnya dianjurkan, disebabkan sifat keberkahan yang dimiliki Al-qur’an itu sendiri. Menurut Imam Ahmad bin Hambal hukumnya boleh. Sementara menurut Imam Maliki dan Imam Hanafi hukumnya makruh.

Pendapat para ulama

Dari banyaknya pendapat ulama yang membolehkan bacaan Al-qur’an di sisi kubur menjadi sinyal bagus untuk kita agar bisa meringankan beban azab yang dipikul oleh para penghuni kubur, misal kakek kita. Tapi, lebih banyak mana, orang yang berziarah atau yang tidak peduli dengan kegiatan ziarah?

Wallahu a’lam bish-shawab

Loading

Continue Reading

Iqro

Menghadiahkan Bacaan Al Qur’an untuk Mayit, Apakah Pahalanya Sampai?

Dalam perkembangannya, terjadi gesekan yang cukup populer di tubuh umat Islam terkait sampai atau tidaknya pahala akibat membacakan Al-qur’an pada orang yang sudah meninggal dunia.

Loading

Published

on

Membaca Al Qur'an untuk Mayit
Ilustrasi Membaca Al Qur'an | Foto: Ist.

Lampung dot co – Iqro | Dalam masyarakat kita, mengirim bacaan Al-qur’an untuk orang yang sudah meninggal itu sudah lumrah adanya. Hal yang sering dilakukan antara lain mengirim surat Al-Fatihah yang dalam intro-nya dikhususkan untuk arwah si fulan dan si fulan. Utamanya adalah ketika datang malam Jum’at.

Namun, dalam perkembangannya, terjadi gesekan yang cukup populer di tubuh umat Islam terkait sampai atau tidaknya pahala akibat membacakan Al-qur’an pada orang yang sudah meninggal dunia.

Apakah pahala dari membacakan ayat-ayat Al-qur’an untuk si arwah atau mayit itu benar-benar sampai dengan niatan dikhususkan? Atau apakah pahala itu tetap hanya untuk pembacanya saja? Ikhtilaf pada poin ini sebaiknya dikembalikan pada yang lebih tahu.

Kita tidak bisa memutuskan sesuatu begitu saja berdasarkan penafsiran sendiri. Apa pendapat para ‘alim-ulama terkait hal ini? Simak uraian di bawah ini. Semoga bisa menjadi rujukan yang baik untuk Anda.

Pendapat Imam Ibnu Taimiyah

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa dengan membacakan Al’quran untuk orang yang sudah meninggal dunia pahalanya akan tetap sampai. Hal ini menjadi sejalan dengan doa, istighfar, dan shalat jenazah yang dilakukan seseorang terhadap orang lain (yang sudah meninggal).

Beliau memiliki cenderung terhadap hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim berikut. Rasulullah Saw bersabda: “Barang siapa yang meninggal dunia, sedangkan ia masih memiliki kewajiban berpuasa, maka walinya melaksanakan puasa untuknya.”

Hadits tersebut diragukan oleh ayat Al-qur’an dalam surat An-Najm ayat 39: “Dan bahwasanya manusia tiada memperoleh selain dari apa yang telah diusahakannya.” Memang benar bahwa setiap usaha manusia hanya mendapat pahala dari apa yang diusahakannya.

Namun, dalam kacamata lain, kita sudah sering melihat doa seseorang untuk orang lain yang telah meninggal. Apakah yang menerima manfaat hanya si pelantun? Bahkan hal ini juga semakin diteguhkan dalam ayat Al-qur’an.

“Dan orang-orang yang datang setelah mereka (kaum Muhajirin dan kaum Anshar) pun berdoa: ‘Ya Allah, berilah ampun pada kami dan saudara-saudara kami yang lebih dahulu beriman dari kami, dan janganlah Kau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang yang beriman; Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang’.” (QS. Al Hasyr: 10)

Menurut Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah

Terkait hal ini, ulama besar, Imam Ibu Qayyim Al-Jauziyah memiliki pendapat yang sama dengan Imam Ibnu Taimiyah. Beliau berpendapat bahwa membacakan Al-qur’an untuk orang yang sudah meninggal dunia dengan sukarela, maka pahalanya akan sampai sebagaimana pahala puasa dan haji yang ditunaikan untuk menetapi nazar dan hutang si mayat.

Pemikiran Syakh Ibnu Utsaimin

Beliau berpendapat, ada yang lebih afdal daripada membacakan Al-qur’an untuk orang yang sudah meninggal. Apa itu? Dengan doa. Semua ulama tiada ikhtilaf soal ini. Sebab, telah terangkum dengan jelas dalam hadits berikut.

Rasulullah SAW bersabda: “Ya Allah, ampunilah orang-orang yang masih hidup dan orang-orang yang sudah meninggal dunia di antara kami.” (HR. At-Tirmidzi).

Kesimpulan

Berdasarkan tiga pendapat di atas, membacakan Al-qur’an untuk si mayat tetap akan bermanfaat terhadapnya. Namun dengan dasar sukarela tanpa upah sama sekali. Dengan kata lain, pembacaan Al-qur’an itu tidak ada unsur bayar-membayar atau sewa-menyewa jasa orang pintar agar membacakan Al-qur’an untuk si arwah.

Hal ini sudah termasuk dalam menjual agama demi dunia. Dan ini bukan perkara baik untuk diteladani, meskipun sudah lumrah adanya. Namun, hal tersebut pun juga bisa menjadi ikhtilaf di antara kalangan masyarakat.

Sebab, masih ada orang yang sampai sekarang belum bisa membaca Al-qur’an, sementara ia ingin menghadiahkan pahala dari ayat Al-qur’an untuk orang yang sudah meninggal seperti kemauannya.

Dalam problematika ini, sangat dianjurkan untuk bertolak pada pendapat Syaikh Ibnu Utsaimin, yakni berdoa lebih baik. Adakah manusia di bumi ini yang tidak bisa memanjatkan doa pada Allah Swt? Rasanya tidak ada.

Penutup

Demikian uraian singkat mengenai tiga pendapat para ulama yang menyoal sampai-tidaknya pahala membacakan ayat-ayat Al-qur’an untuk orang yang telah meninggal. Namun lebih jauh disampaikan, bahwa perselisihan antar umat Islam akan selalu ada hingga hari Kiamat.

Manakah yang lebih baik, apakah perbedaan pendapat dengan cara menonjolkan urat, ataukah dengan cara-cara santun sebagaimana teladan Rasulullah Saw? Tentu saja pilihan kedua lebih baik.

Wallahu a’lam bish-shawab

Loading

Continue Reading

Doa

Niat dan Doa Setelah Sholat Tahajud Sesuai Sunnah Nabi

Dengan mengamalkan Sholat ini secara rutin, kita akan mendapatkan keberkahan dalam berbagai aspek kehidupan.

Loading

Published

on

Doa Setelah Sholat Tahajud
Ilustrasi Doa Setelah Sholat Tahajud | Foto: Ist.

Lampung dot co – Iqro | Sebelum membahas niat dan doa setelah sholat Tahajud, perlu diketahui bahwa sholat Tahajud adalah ibadah sunnah yang dilakukan pada malam hari setelah tidur. Meskipun ibadah ini bukanlah wajib, namun memiliki keutamaan yang luar biasa dan memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan sehari-hari.

Dalam artikel ini, kita akan membahas niat dan doa setelah Sholat Tahajud serta keutamaan dan manfaatnya hingga bagaimana kita dapat mengaplikasikan praktik ini dalam rutinitas kita. Karena dengan mengamalkan Sholat ini secara rutin, kita akan mendapatkan keberkahan dalam berbagai aspek kehidupan.

Niat Sholat Tahajud

Dalam buku Panduan Sholat Wajib & Sunnah Sepanjang Masa Rasulullah SAW karya Ustaz Arif Rahman, bacaan niat sholat Tahajud sebagai berikut:

أصلي سُنَّة التَّهَجُدِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى

Latin: Ushalli sunnatat tahajjudi rak’ataini lillahi ta’aala

Artinya: “Saya berniat mengerjakan sholat sunnah Tahajud dua rakaat karena Allah Ta’aala.”

Doa Setelah Sholat Tahajud

Umat muslim dianjurkan juga membaca doa Sholat Tahajud sesuai dengan yang disebutkan dalam hadits Nabi Muhammad SAW. Berikut bacaan doa setelah Tahajud sesuai sunnah,

Dalam Tulisan Arab

اَللهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ واْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ نُوْرُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ الْحَقُّ وَوَعْدُكَ الْحَقُّ وَلِقَاءُكَ حَقٌّ وَقَوْلُكَ حَقٌّ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ وَالنَّبِيُّوْنَ حَقٌّ وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ حَقٌّ. اَللهُمَّ لَكَ اَسْلَمْتُ وَبِكَ اَمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْكَ اَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ وَاِلَيْكَ حَاكَمْتُ فَاغْفِرْلِيْ مَاقَدَّمْتُ وَمَا اَخَّرْتُ وَمَا اَسْرَرْتُ وَمَا اَعْلَنْتُ وَمَا اَنْتَ اَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ. اَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَاَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لاَاِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ. وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ

Dalam Tulisan Latin

Allâhumma rabbana lakal hamdu. Anta qayyimus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta malikus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta nûrus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu antal haq. Wa wa’dukal haq. Wa liqâ’uka haq. Wa qauluka haq. Wal jannatu haq. Wan nâru haq. Wan nabiyyûna haq. Wa Muhammadun shallallâhu alaihi wasallama haq. Was sâ’atu haq. Allâhumma laka aslamtu. Wa bika âmantu. Wa alaika tawakkaltu. Wa ilaika anabtu. Wa bika khâshamtu. Wa ilaika hâkamtu. Fagfirlî mâ qaddamtu, wa mâ akhkhartu, wa mâ asrartu, wa mâ a’lantu, wa mâ anta a’lamu bihi minnî. Antal muqaddimu wa antal mu’akhkhiru. Lâ ilâha illâ anta. Wa lâ haula, wa lâ quwwata illâ billâh.

Artinya

“Ya Allah, Tuhan kami, segala puji bagi-Mu, Engkau penegak langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau penguasa langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau cahaya langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau Maha Benar. Janji-Mu benar. Pertemuan dengan-Mu kelak itu benar. Firman-Mu benar adanya. Surga itu nyata. Neraka pun demikian. Para nabi itu benar. Demikian pula Nabi Muhammad SAW itu benar. Hari Kiamat itu benar. Ya Tuhanku, hanya kepada-Mu aku berserah. Hanya kepada-Mu juga aku beriman. Kepada-Mu aku pasrah. Hanya kepada-Mu aku kembali. Karena-Mu aku rela bertikai. Hanya pada-Mu dasar putusanku. Karenanya ampuni dosaku yang telah lalu dan yang terkemudian, dosa yang kusembunyikan dan yang kunyatakan, dan dosa lain yang lebih Kau ketahui ketimbang aku. Engkau Yang Maha Terdahulu dan Engkau Yang Maha Terkemudian. Tiada Tuhan selain Engkau. Tiada daya upaya dan kekuatan selain pertolongan Allah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Keutamaan

Sholat Tahajud adalah ibadah yang memiliki keutamaan luar biasa dan manfaat yang besar dalam kehidupan sehari-hari. Melalui Sholat Tahajud, kita dapat memperkuat hubungan spiritual dengan Allah SWT, membangun kesadaran dan ketakwaan, meningkatkan konsentrasi dan fokus, menenangkan hati dan pikiran, serta membangun keutamaan dan akhlak mulia.

Sholat Tahajud memiliki keutamaan yang sangat penting dalam agama Islam, bahkan dikatakan sebagai sholat utama setelah sholat fardhu lima waktu. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasul SAW bersabda,

“Rasulullah pernah ditanya mengenai sholat paling utama sesudah sholat wajib, beliau menjawab, ‘Sholat tengah malam (qiyamul lail).” (HR Muslim dan dinilai shahih).

Mendekatkan diri kepada Allah SWT

Sholat Tahajud memberikan kesempatan bagi kita untuk berkomunikasi secara pribadi dengan Allah SWT. Pada waktu tersebut, dunia cenderung lebih tenang, dan kita dapat memusatkan pikiran dan hati kita sepenuhnya pada ibadah. Dalam kesunyian malam, kita dapat merenungkan kebesaran Allah SWT, memohon ampunan, dan memperbaiki hubungan spiritual dengan-Nya.

Meningkatkan Ketakwaan

Melakukan Sholat Tahajud secara teratur membantu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Dengan mempersembahkan sebagian malam kita untuk beribadah kepada Allah, kita menjadi lebih disiplin, bertanggung jawab, dan meningkatkan kesadaran akan kehadiran-Nya dalam setiap aspek kehidupan kita. Sholat Tahajud juga membantu meningkatkan kualitas ibadah kita secara keseluruhan.

Penguatan Konsentrasi

Sholat Tahajud melibatkan konsentrasi yang tinggi karena dilakukan pada saat yang tenang dan sepi. Dengan melakukan sholat Tahajud secara rutin, kita dapat melatih dan meningkatkan konsentrasi serta fokus kita. Kemampuan ini juga dapat membantu kita dalam menjalani tugas dan tanggung jawab sehari-hari dengan lebih baik.

Penyejuk Hati dan Pikiran

Rutinitas hidup yang sibuk dan tekanan dari berbagai aspek kehidupan dapat membuat hati dan pikiran kita gelisah. Sholat Tahajud memberikan kesempatan untuk menenangkan hati dan pikiran kita. Ketika kita merenungkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dan berdoa, kita dapat merasakan ketenangan dan kedamaian yang datang dari Allah SWT. Hal ini membantu kita mengatasi stres dan kecemasan, serta meningkatkan kesejahteraan mental kita.

Membentuk Akhlak Mulia

Sholat Tahajud juga membantu dalam membentuk akhlak mulia. Dalam ibadah ini, kita berusaha untuk meningkatkan kesabaran dan ketekunan. Selain itu, kita juga diajarkan untuk bersikap rendah hati, tawadhu’, dan berbagi dengan sesama. Dengan melaksanakan Sholat ini secara rutin, kita dapat meningkatkan diri kita menjadi pribadi yang lebih baik.

Mendapat Keberkahan

Sholat Tahajud juga membawa keberkahan dalam kehidupan sehari-hari kita. Allah SWT berjanji untuk memberikan rahmat-Nya kepada orang-orang yang mengamalkan sholat ini dengan sungguh-sungguh. Keberkahan ini dapat tercermin dalam berbagai aspek kehidupan, seperti karier, keluarga, hubungan sosial, dan kehidupan spiritual kita.

Penutup

Mari kita jadikan Sholat Tahajud sebagai bagian yang penting dalam rutinitas ibadah kita untuk meningkatkan kualitas hidup dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Wallahu a’lam bish-shawab

Loading

Continue Reading

Banyak Dibaca