fbpx
Connect with us

Politik

Ade Utami Ibnu: Jadi Anggota DPR Harus Mengabdi Dengan Ikhlas

Published

on

Ade Utami Ibnu

Lampung.co – Tepat pukul 12.00 WIB. Matahari teramat terik di kepala. Sementara, bada zuhur mahasiswa Politeknik Negeri Lampung dari UKM Pers Sukma yang magang di Portal Berita Online Lampung.co telah atur janji untuk bertemu Ade Utami Ibnu. Sekedar berbagi pengalaman dan mencari informasi yang bisa disampaikan kepada pembaca berita di Provinsi Lampung.

Ade Utami Ibnu, Ketua Fraksi PKS di DPR Lampung yang ditemui pun menyapa dengan ramah di Kantor DPW PKS Lampung. Pria yang hari ini teramat cerah dengan batik berwarna kuningnya ini pun mengajak UKM Pers Sukma untuk memasuki sebuah ruangan.

Dialog pun terjadi. Ade -sapaan akrabnya pun bercerita banyak hal sesuai pertanyaan yang diajukan. Sebagai ketua fraksi PKS di DPRD Lampung ia mengomandoi 8 anggota DPRD lainnya. Sekretaris DPW PKS Lampung ini juga mengatakan, bahwa dirinya memiliki visi hidup yaknk, memberi manfaat ke banyak orang.

“Semakin bertambahnya usia, kita pula harus semakin bertambah kemanfaatannya, ketika SD, SMP, SMA, kuliah dan seterusnya. Kita harus memiliki sesuatu manfaat yang dapat diambil dari diri kita guna orang lain,” ujarnya Kamis (25/01/18) di gedung DPW PKS.

Semasa hidupnya ia ingin memberikan manfaat kepada orang lain. Sebagai contoh ketika kuliah ia diberi tanggung jawab oleh rekan-rekannya untuk dijadikan Ketua Himpunan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Universitas Lampung. Selain itu ia juga pernah menjadi Ketua Rohis Universitas Lampung.

Karna Kegemarannya memberikan manfaat bagi Orang lain tersebut, sampai saat ini pun dirinya masih merasa tertantang guna memberikan manfaat bagi orang lain. Maka dari itu, menurut Ade, menjadi DPRD agar dapat menyalurkan visi kehidupan yang ia miliki, memberi manfaat bagi orang lain, sebagai penyalur suara rakyat.

Ade sendiri mendapat bagian Komisi IV dalam DPRD yang berkegiatan memperbaiki infrastruktur yang ada di Lampung. “Membagi anggaran biaya sesuai kebutuhan guna mencukupi kepentingan rakyat, seperti perbaikan jalan, jembatan, dan lain halnya. Fraksi PKS yang ia pimpin pun menggelar Acara setiap hari Senin guna mendengar kritik dan saran dari masyarakat Lampung di Gedung DPW PKS,” kata dia.

Menurut Ade, menjadi anggota DPRD harus mengabdi dengan ikhlas dan menerima dengan bahagia. “Jika kita menerima dengan bahagia, apapun yang kita kerjakan akan terasa ringan dan tidak ada beban,” tukasnya. (Fannyok/Mgg)

Loading

Tim Redaksi media online Lampung.co menerbitkan berita-berita khusus, termasuk berita advertorial. Hubungi tim redaksi melalui email redaksi@lampung.co atau WhatsApp 0811-790-1188

Berita

Ini Tanggapan PKB Terkait Mahar Caleg 70 Juta yang Berujung Pemblokiran WA

“Saya telpon ketua (Rabiatul Adawiyah) hampir satu jam, saya telpon gak angkat-angkat. Terus saya (kirim) screenshot chating saya sama kak Jauharah itu ke ketua, gak lama (nomor WhatsApp) saya diblokir,”

Loading

Published

on

Rabiatul Adawiyah
Ketua DPC PKB Kota Bandar Lampung, Rabiatul Adawiyah | Foto: Ist.

Lampung dot co – Politik | Ketua DPC PKB Bandar Lampung, Rabiatul Adawiyah membantah adanya mahar untuk penentuan nomor urut Bacaleg. Dia menyebut tak ada mahar transaksional dalam proses pencalegan di PKB.

“Jadi sekali lagi saya tegaskan, di PKB tidak adanya mahar-mahar seperti rumor yang beredar,” kata dia dikutip dari detikSumut, Kamis (25/5/2023).

Ia juga menyebutkan nomor urut bacaleg dari PKB Bandar Lampung ditentukan berbasis kinerja. “Penentuan nomor itu dari kinerja kader itu sendiri dan loyalitas kader. Tentu ada pula penilaian terhadap loyalitas kepada partai, antara lain tidak merusak citra partai,” ujarnya.

Diketahui, Wakil Ketua DPC PKB Kota Bandar Lampung, Nely Farlinza mengaku dimintai mahar senilai Rp 70 juta untuk penentuan nomor urut dirinya yang maju sebagai Bacaleg DPRD Kota Lampung.

Mahar tersebut diminta oleh Ketua Lembaga Pemenangan Pemilu Dewan Perwakilan Wilayah Partai Kebangkitan Bangsa (LPW DPW PKB) Jauharoh Haddad untuk dikirimkan ke Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PKB Bandar Lampung, Robiatul Adawiyah.

Nely menjelaskan, mulanya dia mendapat kabar bahwa namanya telah ditaruh oleh pengurus di nomor urut dua. Kemudian, dia diminta uang senilai Rp 70 juta untuk mengganti uang jaminan penentuan nomor urut.

“Awalnya saya dengar selentingan bahwa saya ditaruh di nomor urut 2, karena nomor urut 1 tidak bisa diganggu gugat titipan adiknya incumbet DPRD Kota Bandar Lampung. Ya sudah, saya terima dan tampung-tampung dulu kabar itu,” kata dia.

Uang itu dikatakannya untuk mengambalikan uang yang diduga sudah disetor oleh Bacaleg lain yakni Darmawita yang menempati nomor urut dua itu. Jauharoh menyebut uang setoran tersebut nantinya akan digunakan untuk jaminan saksi.

“Siangnya, kak Jauharoh nelpon saya, dibilang, ‘dek kalau mau di nomor urut 2 bisa, yang awalnya mau diisi Darmawita tapi mulangin uang Darmawita 70 juta dek,’ kata dia. Saya tanya ‘uang apa itu kak?’ Uang jaminan saksi katanya (Jauharoh),” ungkap Nely.

“Uang Rp 70 juta tersebut harus disetorkan saat itu karena berkas bacaleg akan diunggah ke Sistem Informasi Pencalonan (Silon) KPU, sedangkan bacaleg Darmawita tidak mau mencabut berkasnya di nomor urut 2 bila uang itu belum dikembalikan,” imbuhnya menjelaskan.

Lalu Nely menghubungi Rabiatul Adawiyah sekaligus mengirimkan tangkap layar percakapan pesan singkat dia dan Jauharoh. Namun tak ditanggapi dan justru berujung pemblokiran nomor WhatsApp.

“Saya telpon ketua (Rabiatul Adawiyah) hampir satu jam, saya telpon gak angkat-angkat. Terus saya (kirim) screenshot chating saya sama kak Jauharah itu ke ketua, gak lama (nomor WhatsApp) saya diblokir,” terangnya.

Akibat dari persoalan itu, Nely mengaku hubungannya dengan Rabiatul Adawiyah menjadi renggang. Ia juga ditetapkan nomor urut 3. “Iya jadi renggang, terus nomor urut saya jadi nomor 3,” tandasnya. (*)

Loading

Continue Reading

Berita

Putri Zulkifli Hasan: Politik Itu Seru dan Menyenangkan

“Saya berharap dengan diadakannya sharing session ini akan membuka mata generasi milenial bahwa politik itu seru dan menyenangkan untuk terlibat didalamnya, karena menyangkut masa depan bangsa,”

Loading

Published

on

Putri Zulkifli Hasan
Wakil Ketua Umum DPP Perempuan Amanat Nasional (PUAN) Partai Amanat Nasional (PAN) Putri Zulkifli Hasan Dalam acara yang bertemakan “Diskusi Milenial – Kenapa Milenial Harus Melek Politik?” yang diadakan Sabtu dan Minggu, 14-15 Januari 2023 di Provinsi Lampung | Foto: Ist.

Lampung.co – Wakil Ketua Umum DPP Perempuan Amanat Nasional (PUAN) Partai Amanat Nasional (PAN) Putri Zulkifli Hasan, mendorong milenial agar aktif berpolitik melalui acara diskusi dengan lebih dari 300 peserta.

Diadakan Sabtu dan Minggu, 14-15 Januari 2023 di Provinsi Lampung, Putri Zulkifli Hasan berdialog tentang pentingnya untuk terlibat dalam proses politik dan memahami peran generasi milenial dalam membangun bangsa.

Dalam acara yang bertemakan “Diskusi Milenial – Kenapa Milenial Harus Melek Politik?” diamenegaskan, bahwa generasi milenial harus sadar akan hak-hak mereka sebagai warga negara dan memahami bahwa hak untuk berperan aktif dalam kegiatan politik akan mempengaruhi masa depan bangsa.

Tidak hanya itu, ia juga menjelaskan bahwa dengan melek politik, generasi milenial dapat memberikan kontribusi yang signifikan untuk menjamin masa depan yang lebih baik bagi generasi berikutnya.

“Saya berharap dengan diadakannya sharing session ini akan membuka mata generasi milenial bahwa politik itu seru dan menyenangkan untuk terlibat didalamnya, karena menyangkut masa depan bangsa,” kata Putri Zulkifli Hasan dalam siaran pers yang diterima Lampung.co, Kamis (19/1/2023).

Selain itu juga, lanjutnya, generasi milenial harus paham serta siap untuk berkontribusi terhadap masa depan tersebut. Putri Zulkifli Hasan mengaku senang dengan antusiasme generasi milenial dalam acara tersebut.

“Semoga dengan adanya diskusi yang seru ini, semakin banyak milenial yang mau terlibat di dalam politik dengan ide-ide kreatif mereka untuk membangun bangsa” tutup Putri Zulkifli Hasan. (*)

Loading

Continue Reading

Berita

Senator Lampung: Pemilu Riuh dengan Politik Uang, Rakyat Jadi Pragmatis

Persoalannya adalah perangkat pemilu yang ada belum sepenuhnya sempurna. Dengan sistem proporsional terbuka dalam pemilu legislatif dan pemilihan langsung dalam Pilkada maupun Pilpres telah membuat pertarungan politik begitu terbuka dan sangat liberal.

Loading

Published

on

Bustami Zainuddin
Bustami Zainuddin hadiri musyawarah kerja wilayah PWNU Lampung | Foto: Ist.

Lampung.co – Senator Lampung Bustami Zainudin apresiasi sikap PWNU Lampung bersama 15 Pengurus C Nahdlatul Ulama (PC NU) se-Provinsi Lampung untuk mengajak semua pihak menolak politik uang pada Pemilu 2024 mendatang.

Dia juga mendukung sikap yang diambil oleh PWNU Lampung bersama jajaran pengurus PCNU untuk menolak politik uang dan mengharamkan pemimpin yang dihasilkan dari proses politik yang menggunakan politik uang.

Dalam keterangan tertulis yang diterima Lampung.co, Senin (31/10/2022), Bustami mengatakan, amanat Undang-Undang Pemilu sudah sangat lengkap dan komprehensif disiapkan oleh pemerintah baik itu untuk KPU maupun Bawaslu dalam semua tingkatan.

Masyarakat dan seluruh stakeholder terkait juga diberi kewenangan untuk ikut terlibat dalam pengawasan dan pemantauan. “Tentu semua peserta pemilu, baik partai politik maupun individu yang terlibat di dalamnya, terikat aturan untuk tidak melakukan politik uang,” kata dia.

Persoalannya adalah perangkat pemilu yang ada belum sepenuhnya sempurna. Dengan sistem proporsional terbuka dalam pemilu legislatif dan pemilihan langsung dalam Pilkada maupun Pilpres telah membuat pertarungan politik begitu terbuka dan sangat liberal.

Menurutnya, partai politik sebagai elemen penting dalam menyiapkan kepemimpinan bangsa terasa limbung dan kejebak dalam pragmatisme. Jika hanya mengandalkan kader sesuai kapasitas dan kualitas kader berdasarkan penilaian partai, bisa kalah bersaing untuk merebut kursi legislatif.

“Maka partai politik harus berkompromi untuk merekrut orang orang populer non kader, yang punya modal uang besar,” ujarnya.

Begitu juga dalam rekruitmen pemimpin di daerah maupun pusat, dengan pemilihan langsung memberikan peluang kepada siapa saja bisa ikut dalam kontestasi politik. Ini tentu sangat menggembirakan karena seluruh anak bangsa memiliki kesempatan yang sama.

Namun, iklim yang begitu terbuka membuat pemilihan umum berlangsung dengan uang terkesan menjadi segalanya. Hal ini menjadi salah satu faktor kenapa pemilu di Indonesia cenderung sangat riuh dengan politik uang dan masyarakat menjadi sangat pragmatis.

“Kondisi ini mengirimkan pesan yang sangat jelas kepada KPU, Bawaslu maupun stakeholder lain terkait untuk tidak lelah melakukan pendidikan politik khususnya kepada para calon pemilih,” ucap anggota DPD RI asal Lampung itu. (*)

Loading

Continue Reading

Banyak Dibaca